Pandemi Covid-19 memang menciptakan pola hidup bagi di seluruh dunia, dan sampai detik ini masih dalam proses pembelajaran. Karakter virus mematikan asal China ini memang masih diterka-terka, bahkan pihak WHO pun masih dalam proses menebak-nebak. Namun dilihat dari data kasus infeksi sepertinya memunculkan teori bahwa daya tahan tubuh kaum Hawa lebih baik dibanding lawan jenisnya. Berikut penjelasannya.
Imunitas Wanita Lebih Kuat Dibanding Pria
Sejak kali pertama kasus infeksi virus corona ditemukan bahkan sampai detik ini memang kasus komplikasi maupun kematian masih didominasi kaum pria. Khususnya pada pria yang sudah memasuki usia lanjut. Maka selain jumlah pasien terinfeksi lebih banyak dibanding wanita, kasus komplikasi dan kematian pun tidak kalah tingginya.
Meskipun dari data bisa ditemukan teori bahwa imunitas atau daya tahan tubuh wanita lebih kuat menghadapi serangan virus corona. Namun tentu belum bisa dipastikan alasannya memang karakter alami daya tahan tubuh. Teori ini tetap perlu dikaji dan diteliti lebih lanjut untuk mengetahui alasan kenapa kasus infeksi pada pria lebih tinggi.
Dilansir dari hasil sebuah studi yang dimuat di jurnal Nature menjelaskan bahwa 60% dari kasus kematian akibat Covid-19 di dunia. Memang dipegang oleh kaum Adam, hal ini dijelaskan bahwa tubuh wanita memiliki respon lebih kompleks terhadap infeksi virus mematikan tersebut dibanding pada pria.
Penelitian lanjutan juga dilakukan untuk mengetahui kenapa kasus kematian tertinggi masih dialami para pria. Penelitian ini kemudian meneliti air liur, darah, maupun sampel dari hidung untuk diteliti lebih mendalam. Hasil pemantauan sementara memang ditemukan bahwa tanggapan kekebalan tubuh wanita memberikan respon lebih beragam.
Respon tubuh wanita cenderung lebih kuat, sebab sel darah putih atau sel T mampu mengenali virus corona dan membentuk antibodi dengan cepat. Kekuatan daya tahan tubuh wanita kemudian disimpulkan untuk sementara lebih baik dibanding pada lawan jenisnya. Hal ini juga terjadi pada wanita dengan usia lebih tua atau di mendekati usia lanjut.
Namun dari penelitian tersebut juga ditemukan pada tubuh pria cenderung membentuk sitokin lebih tinggi. Hanya saja dalam dunia medis yang berkaitan dengan kasus pandemi, resiko terbentuknya sitokin berlebihan akan memunculkan resiko baru. Yakni “badai sitokin” yang akan membuat kondisi tubuh lebih parah dan memperbesar resiko kematian.
Wanita juga memiliki kemungkinan mengalami kondisi “badai sitokin” tersebut. Hanya saja jika membahas mengenai pandemi dan angka kematian yang diciptakan dari pandemi tahun ini. Maka dari penelitian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa merawat pasien covid-19 pria dan wanita perlu dibedakan.
Namun ada baiknya pula untuk mempertimbangkan karakter pasien yang bersangkutan. Sebab membedakan perawatan hanya dari jenis kelamin tentu ada kemungkinan besar terjadi kesalahan.
0 komentar:
Posting Komentar